Kondisi
Lingkungan dan Pekerjaan Ibu dengan Preeklampsia
-
Pendidikan
Menurut
Manuaba (2010) pengetahuan ibu hamil tentang Preeklampsia sangat penting karena
hampir 50% kematian ibu dan janin disebabkan karena preeklampsia. Merupakan hal
penting bagi ibu hamil untuk mengetahui tentang preeklampsia sedini mungkin.
Semakin sering ibu hamil memeriksakan kehamilannya akan semakin mudah menemukan
adanya gangguan dalam kehamilan. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa untuk
mengurangi terjadinya preeklampsia adalah dengan cara deteksi dini dan disiplin
kontrol tekanan darah selama hamil. Mereka merasa tidak perlu
memeriksakan dirinya secara rutin ke pelayanan kesehatan. Masih banyak ibu yang
kurang menyadari pentingnya pemeriksaan kehamilan, yang menyebabkan tidak terdeteksinya
faktor-faktor risiko tinggi yang mungkin dialami oleh mereka. Risiko ini baru
diketahui pada saat persalinan yang seringkali sulit ditangani sehingga
berakibat fatal yaitu kematian. Hal ini disebabkan oleh rendahnya tingkat
pengetahuan dan kurangnya informasi.
-
Lingkungan
kerja
Menurut Newburn (2003) ibu yang
bekerja ketika hamil meningkatkan risiko terjadinya preeklampsia. Wanita hamil
yang bekerja perlu menggurangi stress akibat kerja yang mereka alami. Kondisi
di tempat kerja sangat rawan memicu stress yang dapat mengakibatkan tekanan
darah tinggi. Preeklampsia terjadi jika tekanan darah wanita hamil naik sangat
tinggi. Akibatnya dapat terjadi komplikasi seperti terhambatnya aliran darah
serta memicu terjadinya eklampsia. Jika itu terjadi, ibu hamil dapat mengalami
kekejangan yang sangat berbahaya.
-
Pendapatan
Beberapa
ahli menyimpulkan bahwa wanita dengan keadaan sosial ekonomi yang lebih baik
akan lebih jarang menderita preeklampsia, tanpa mempedulikan hal tersebut,
preeklampsia yang diderita oleh wanita dari keluarga mampu tetap saja bisa
menjadi berat dan membahayakan nyawa seperti halnya eklampsia yang diderita
wanita remaja didaerah kumuh (Cunningham,dkk, 2005). Penelitian Zamli (2007)
menyatakan bahwa dari 94 responden ditemukan ada hubungan status gizi ibu hamil
dengan kejadian preeklampsia. Hal ini dikaitkan dengan tingkat pendapatan yang
rendah sehingga mereka tidak mampu membeli makanan dengan gizi yang baik.
Penelitian Brown (2005) bahwa nutrien-nutrien antioksidan dapat menangkal gangguan-gangguan
radikal bebas, yang diharapkan mampu mencegah terjadinya kerusakan endotel yang
dapat meningkatkan risiko preeklampsia. Hasil penelitian Subakir, dkk (2002),
menunjukkan bahwa dari 18 ibu hamil yang diberikan suplemen kalsium dan vitamin
A, tidak satupun mengalami peningkatan tekanan darah dan berat badan bayi lahir
-
Pertanian
dan bahan makan
Preeklampsia adalah suatu kondisi
yang terjadi pada masa kehamilan memasuki minggu kedua puluh, biasanya disertai
dengan gejala hipertensi, proteinuria, kenaikan berat badan yang sangat cepat
karena adanya edema, mual, muntah, pusing, nyeri lambunga, dan kesadaran
menurun. Untuk penanganan diet untuk kasus preeklampsia adalah memperhatikan
asupan garam dan proteinnya. umumnya kondisi preeklamsia yang parah, disarankan
untuk rawat inap di rumah sakit karena kondisi ibu tidak memungkinkan untuk
mendapatkan semua nutrsisi dari asupan hariannya. asupan gizi nya bisa
terpenuhi jika diberi asupan nutrisi tambahan melalui parenteral. tetapi dalam
kondisi yang masih memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil dengan
masalah preeklamsi dapat dianjurkan menu diet berikut ini.
-
Pelayanan
Kesehatan
Angka kejadian
preeklampsia/eklampsia lebih banyak terjadi di Negara berkembang dibanding pada
negara maju. Hal ini disebabkan oleh karena di negara maju perawatan
prenatalnya lebih baik. Kejadian preeclampsia dipengaruhi oleh paritas, ras,
faktor genetik dan lingkungan. Kehamilan dengan preeklampsia lebih umum terjadi
pada primigravida, sedangkan pada multigravida berhubungan dengan penyakit
hipertensi kronis, diabetes melitus dan penyakit ginjal (Baktiyani, 2005).
Antenatal Care merupakan pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalisasi kesehatan
mental dan fisik ibu hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan, nifas,
persiapan memberikan ASI, dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Rozikhan, 2006). Pemeriksaan Antenatal dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang terlatih dan terdidik dalam bidang kebidanan. Ibu hamil
dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan antenatal sebanyak 4 kali, yaitu pada
setiap trimester dan trimester terakhir sebanyak 2 kali (Kartika, 2001). Dengan
kunjungan ANC yang teratur dan rutin dapat diketahui tanda-tanda preeklampsia,
yang sangat penting dalam usaha pencegahan preeklampsia berat dan eklampsia
(Wiknjosastro, 2007).Preeklampsia berat merupakan risiko yang membahayakan ibu
di samping membahayakan janin. Ibu hamil yang mengalami preeklampsia berisiko
tinggi mengalami gagal ginjal akut, pendarahan otak, pembekuan darah
intravaskular, pembengkakan paru-paru, kolaps pada sistem pembuluh darah dan
eklampsia. Risiko preeklampsia pada janin antara lain plasenta tidak mendapat
asupan darah yang cukup, sehingga janin bisa kekurangan oksigen dan makanan Hal
ini dapat menimbulkan rendahnya bobot tubuh bayi ketika lahir dan juga
menimbulkan masalah lain pada bayi seperti kelahiran prematur sampai dengan
kematian pada saat kelahiran (Prawirohardjo, 2008). Meningkatkan akses rujukan
yaitu: pemanfaatan sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan ibu sesuai dengan
faktor risikonya melalui rujukan berencana bagi ibu dan janin.
Kurniasih,
Dedeh. (2012). Preeklampsia bisa berakibat fatal. Anak ibu-artikel panduan
kesehatan anak ibu dan bayi. Diperoleh tanggal 3 September 2012 dari Anak-ibu.com/panduan/preeklampsia-bisa-berakibat-fatal.
Faktor-faktor
penyebab preeklampsia terhadap ibu hamil. Diakses pada tanggal 26 Februari 2016
Faktor-faktor
penyebab preeklampsia terhadap ibu hamil. Diakses pada tanggal 26 Februari 2016
Faktor-faktor
penyebab preeklampsia terhadap ibu hamil. Diakses pada tanggal 26 Februari 2016
http://pasca.unhas.ac.idjurnalfilesc68ca1a8ffc79c60198732bca55722cf.pdf
No comments:
Post a Comment