Thursday, June 20, 2019

EDUCATION: Makalah Tentang Ebola



A.    Latar Belakang
Penyakit Virus Ebola juga sering disebut dengan nama Ebola Haemorragic Fever (EHF). Virus ini akan menyerang dan merusak sel-sel hidup untuk memproduksi genom mereka sendiri. Oleh karena itu virus Ebola ini akan menyerang sistem darah dimana penderitanya akan mengalami pendarahan di tubuh dan akan menularkan pada penderita lain melalui sentuhan langsung dengan cairan tubuh. Gejala seseorang yang terjangkit virus Ebola antara lain demam mendadak, lemah, otot nyeri, sakit kepala, sakit tenggorakan, diikuti muntah, diare, ruam, gangguan ginjal dan hati, perdarahan internal dan eksternal. Ebola merupakan virus yang ditemukan dan diidentifikasi pada 1976. Virus itu pertama kali muncul di Zaire, yang sekarang bernama Republik Demokratik Kongo, wabah penyakit ini sebagian besar menyebar di wilayah negara-negara di Benua Afrika. Wabah virus ebola kembali muncul pada tahun 2014 di Afrika, berdasarkan data yang dikeluarkan oleh WHO sejak Maret 2014 hingga Oktober 2014 sudah terdapat tiga negara yang menjadi negara terkategori paling buruk dalam penyebaran virus ebola yaitu Sirrea Lione, Liberia, dan Guinea, namun selain tiga negara itu beberapa negara juga memiliki kasus penyebaran virus ebola yang kecil tetapi dengan tingkat isolasi yang ketat yaitu Senegal, Nigeria, Spanyol di Eropa dan Amerika Serikat. Hingga 22 Maret 2015, WHO mengeluarkan data terbaru penyebaran virus ebola meningkat hingga 24.872 kasus di Guinea,Liberia, dan Sierra Leone, jumlah kasus ketiga negara terparah ini merupakan 99% dari total jumlah 24.907 orang yang terinfeksi dan 10.326 orang korban meninggal dunia (Republika, 13 Oktober 2014) di sembilan negara yaitu Guinea, Liberia, Sierra Leone, Mali, Nigeria, Senegal, Spanyol, Inggris,dan Amerika Serikat. Di Indonesia, sampai saat ini belum ada laporan kasus positif EVD. Pada tahun 2014, 2 orang tenaga kerja Indonesia asal Kediri, Jawa Timur, dilaporkan diduga terjangkit EVD setelah pulang dari Liberia, dan setelah dilakukan pemeriksaan medis menunjukkan keduanya tidak tertular virus Ebola.Virus ini sangat mudah menular dan sangat mematikan, serta belum ditemukan vaksin yang terbukti efektif dan efisien untuk manusia. Untuk itu, diperlukan usaha pencegahan yang adekuat, sehingga mengurangi risiko tertular virus. Sampai saat ini penelitian terhadap virus Ebola terus berlangsung secara progresif. Pengenalan penyakit pada fase awal, rehidrasi cairan, dan pengobatan simptomatik yang adekuat dapat meningkatkan kelangsungan hidup.

B.     Pengertian Ebola
Ebola Virus Disease (EVD) adalah salah satu dari banyak penyakit demam berdarah virus. Ini adalah penyakit yang sering berakibat fatal pada manusia dan primata. EVD disebabkan oleh infeksi dengan virus dari genus Ebola virus. Ketika infeksi terjadi, gejala biasanya muncul secara tiba-tiba. Spesies Ebolavirus pertama ditemukan pada tahun 1976 di tempat yang sekarang dikenal sebagai Republik Demokratik Kongo dekat Sungai Ebola. Sejak itu, wabah terus muncul secara sporadis. Ada lima subspecies dari Ebolavirus. Empat dari lima telah menyebabkan penyakit pada manusia yaitu, Virus Ebola (Zaira Ebolavirus), Virus Zudan (Sudan ebolavirus), Virus Tai Forest (TAI Forest ebolavirus, sebelumnya pantai Gading ebolavirus), dan Virus Bundibugyo (Bundibugya ebolavirus). Kelima Virus Reston (Reston ebolavirus), yang telah menyebabkan penyakit pada primata bukan manusia, tapi tidak manusia. Host reservoir dari Ebolavirus masih belum diketahui. Namun, atas dasar bukti yang tersedia dan sifat virus yang sama, peneliti percaya bahwa kelelawar menjadi reservoir yang paling mungkin. Empat dari lima subtype terjadi pada host hewan asli Afrika.
C.     Penularan Ebola
Transmisi virus Ebola masuk ke dalam tubuh manusia melalui kontak langsung dari darah, sekret tubuh, organ atau cairan tubuh lainnya dari individu yang terinfeksi. Di Afrika, pada upacara kremasi dari penderita yang terinfeksi virus Ebola yang kemudian terkontak dengan individu yang sehat bisa menyebabkan terjadinya penularan virus ini. Infeksi terjadi ketika cairan-cairan tubuh tersebut menyentuh mulut, hidung, atau luka terbuka orang sehat. Bersentuhan melalui kasur, pakaian, atau permukaan yang terkontaminasi juga bisa menyebabkan infeksi, tetapi pada orang sehat hanya melalui luka terbuka. Transmisi virus dari hewan ke manusia juga dapat terjadi saat manusia berkontak dengan jaringan dan cairan tubuh dari hewan yang terinfeksi. Proteksi terhadap tenaga kesehatan yang menangani penderita Ebola juga sangat penting. Walaupun virus Ebola tidak ditularkan melalui udara, penularan lewat droplet bisa terjadi di laboratorium.
Virus Ebola menginfeksi subjek melalui kontak dengan cairan tubuh atau sekret pasien terinfeksi dan didistribusikan melalui sirkulasi. Kontak dapat terjadi melalui lecet di kulit selama perawatan pasien, ritual penguburan, dan mungkin kontak dengan daging terinfeksi atau di permukaan mukosa. Jarum suntik dapat merupakan rute utama paparan di rumah sakit. Sekitar 1 minggu setelah infeksi, virus mulai melakukan replikasi pada sel – sel target utama, yaitu sel endotel, fagosit mononuklear, dan hepatosit. Virus kemudian mengambil alih sistem kekebalan dan sintesis protein dari sel yang terinfeksi. Barulah kemudian virus Ebola mulai mensintesis glikoprotein yang membentuk trimerik kompleks, berfungsi mengikat virus ke sel-sel endotel yang melapisi permukaan interior pembuluh darah. Glikoprotein juga membentuk protein dimer, yang memungkinkan virus menghindari sistem kekebalan tubuh dengan menghambat langkah-langkah awal aktivasi neutrofil. Kehadiran partikel virus dan kerusakan sel yang dihasilkan menyebabkan pelepasan sitokin, yang berhubungan dengan demam dan peradangan. Efek sitopatik infeksi di selsel endotel menghilangkan integritas vaskuler. Tanpa integritas pembuluh darah, kebocoran darah secara cepat menimbulkan perdarahan internal dan eksternal sampai tahap masif dan bahkan dapat menyebabkan syok hipovolemik.
D.    Gejala Klinis
Onset penyakit ini setelah terjadi inkubasi ialah 2-21 hari. Gejala klinis dapat dibagi dalam 4 fase, yaitu:3
1.      Fase A: Influenza like syndrome. Terjadi gejala atau tanda nonspesifik seperti panas tinggi, sakit kepala, artralgia, mialgia, nyeri tenggorokan, lemah badan, dan malaise.
2.      Fase B: Bersifat akut (hari ke 1-6). Terjadi demam persisten yang tidak berespon terhadap obat anti malaria atau antibiotik, sakit kepala, lemah badan yang terus menerus, dan diikuti oleh diare, nyeri perut, anoreksia, dan muntah.
3.      Fase C: Pseudo-remisi (hari ke 7-8). Selama periode ini penderita merasa sehat dengan konsumsi makanan yang baik. Sebagian penderita dapat sembuh dalam periode ini dan selamat dari penyakit.
4.      Fase D: Terjadi agregasi (hari ke 9). Pada beberapa kasus terjadi penurunan kondisi kesehatan yang drastis diikuti oleh gangguan respirasi; dapat terjadi gangguan hemostasis berupa perdarah-an pada kulit (petekia) serta gangguan neuropsikiatrik seperti delirium, koma, gangguan kardiovaskular, dan syok hipovolemik

E.     Faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi
Wabah virus ebola yang terjadi saat ini (2014) terjadi pada 4 negara di Afrika yakni, Guinea, Liberia, Sierra Leone, dan Nigeria. Sampai 4 September 2014, total kasus yang dicurigai dan yang terkonfirmasi ebola sebanyak 3.069 kasus (dengan 1.752 kasus terkonfirmasi secara laboratorium) telah dilaporkan di negara-negara tersebut, menyebabkan kematian sebanyak 1.552. Berdasarkan analisis genetik, 97% identik dengan Zaire ebolavirus yang teridentifikasi baru-baru ini (awal tahun 2014) pada kasus-kasus yang terjadi di Gabon, Republik Demokrasi Congo (DRC). Hutan hujan tropis di Afrika merupakan ekosistem umum untuk munculnya virus ebola (yaitu Hutan Western Kongo Swamp dekat Yambuku, Hutan tai di Pantai Gading, dan Hutan Minkebé di Gabon), hutan-hutan tersebut menyediakan keanekaragaman hayati hewani. Epidemi penyakit ebola tampaknya terjadinya musiman, dilaporkan wabah DBE pada manusia dan primata non-manusia terjadi terutama selama musim hujan.
F.      Faktor Sosial Budaya
Budaya serta kepercayaan masyarakat turut mempengaruhi penyebaran infeksi ebola. Tradisi memandikan jenazah, serta menyentuh jenazah oleh seluruh anggota keluarga sebelum dikebumikan (love touch) memiliki risiko terinfeksi ebola yang sama dengan orang yang merawat penderita ebola. Kepercayaan akan penyakit disebabkan oleh kekuatan jahat dan mencari pertolongan melalui dukun (withdoctor) turut berperan dalam lambatnya penanganan pasien ebola sehingga infeksi dapat menyebar dengan cepat dalam komunitas.
G.    Pengobatan dan Tatalaksana
Sampai saat ini belum ada terapi spesifik yang terbukti efektif, sehingga prinsip penatalaksaannya berupa terapi suportif. Penatalaksanaan syok juga harus dipikirkan karena kebocoran vaskuler pada sirkulasi sistemik. Rehidrasi cairan baik oral maupun parenteral harus segera diberikan untuk mencegah ataupun memperbaiki kondisi syok. Pengobatan lain bersifat simptomatis




H.    Pencegahan
Pencegahan terhadap infeksi virus Ebola mencakup beberapa hal:
1.      Isolasi pasien infeksi Ebola dari pasien lainnya
2.      Mengurangi penyebaran penyakit dari kera dan babi yang terinfeksi ke manusia. Hal ini dapat dilakukan dengan memeriksa hewan tersebut terhadap kemungkinan infeksi, serta membunuh dan membakar hewan dengan benar jika ditemukan menderita penyakit tersebut. Memasak daging dengan benar dan mengenakan pakaian pelindung ketika mengolah daging juga mungkin berguna, begitu juga dengan mengenakan pakaian pelindung dan mencuci tangan ketika berada di sekitar orang yang menderita penyakit tersebut. Sampel cairan dan jaringan tubuh dari penderita penyakit harus ditangani dengan sangat hati-hati.
3.      Menggunakan sarung tangan dan per-lengkapan pelindung diri yang lengkap, dalam hal ini standard precautions (termasuk mencuci tangan sebelum dan sesudah memeriksa pasien)
4.      Persiapan pembakaran dengan benar jenazah individu yang meninggal karena virus Ebola untuk mencegah penularan
Pengendalian dan pencegahan infeksi merupakan kunci untuk menurunkan penyebaran infeksi dari pasien ke tenaga medis, tenaga medis ke tenaga medis, serta dari pasien ke komunitas. Bukti menunjukkan bahwa wabah ebola terindikasi kuat terjadi melalui rute transmisi utamanya, yakni kontak langsung (kulit yang tidak intak dan membran mukosa) dan kontak dengan darah atau cairan tubuh penderita, tidak langsung dengan lingkungan yang terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh atau droplet.









Daftar Pustaka
Jayanegara, Andi Putra. 2016. Ebola Virus Disease-Masalah Diagnosis dan Tatalaksna. CDK-243. Vol. 43 (8): 572-575
Wuryadi, Suharyono. 1996. Virus Ebola Asia. Media Litbangkes. Vol. 6 (1) : 15-18
Dharmayanti, NLPI dan I Sendow. 2015. Ebola: Penyakit Eksotik Zoonosis Yang Perlu Diwaspadai. Wartazoa. Vol. 25 (1): 029-038
Kristianti, Evi. 2015. Upaya Who (World Health Organization) Dalam Menanggulangi Virus Ebola Di Afrika Barat 2014-2015. eJournal Ilmu Hubungan Internasional. Vol. 3(3): 533-546
Hendrawati, Asri. 2014. Kenali Ebola. JKKI. Vol. 6(1): 1-2
Sudarwono, Pratiwi P. 2015. Biosecurity dalam Kedokteran dan Kesehatan. Biosecurity dalam Kedokteran. Vol. 3(1): 1-7
Rampengan, Novie H. 2014. Infeksi Virus Ebola. Jurnal Biomedik (JBM). Vol. 3(1): 137-140
Yanti, Henni Alvira dan Aryati. 2015. Penyakit Virus Ebola. Indonesia Journal Of Clinnical Phatology and Medical Laboratory. Vol. 21(2) : 195-201
Professor and Head, Department of Microbiology, Kasturba Medical College. 2014. Ebola Virus Disease: Getting to Know a New Emerging Foe. Journal of International Medicine and Dentistry. Vol. 1(2): 48-58
Lisbet. 2014. Upaya Internasional Untuk Mengatasi Penyeban Virus Ebola. Info Singkat Hubungan Internasional. Vol. 6(19) : 5-8

No comments:

Post a Comment