BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,
baik oleh faktor alam, faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis. Bencana gempa bumi merupakan salah satu
bencana alam yang mengakibatkan peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan
energi di dalam bumi secara tiba-tiba yang ditandai dengan patahnya lapisan
batuan pada kerak bumi.
Indonesia merupakan salah satu Negara yang berada pada
jalur rawan gempa. Hal ini disebabkan karena negara Indonesia memiliki
kepulauan yang terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng
Benua Asia, Benua Australia, lempeng Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.
Kondisi alam tersebut disertai dengan keanekaragaman penduduk dan budaya di
Indonesia yang menyebabkan timbulnya risiko terjadinya bencana alam, bencana
ulah manusia dan kedaruratan kompleks, meskipun disisi lain juga kaya akan
sumberdaya alam.
Bali adalah salah satu pulau di Indonesia yang rawan
gempa karena pulau Bali diapit oleh dua sumber gempa bumi, dari selatan
subduksi lempeng Indo-Australia dan dari utara adalah sesar naik di dasar laut.
Keduanya berpotensi memicu gempa bumi merusak dan dapat membangkitkan tsunami.
Salah satu kejadian gempa pada 28 Juli 2016, pukul 03.41.47 WIB, sebagian
wilayah pulau Bali dan Jawa Timur diguncang gempa tektonik. Hasil dari analisis
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan gempa bumi ini
berkekuatan magnitude (M) = 4,5 Skala Richter (SR), dengan pusat gempa di Laut
Bali sekitar 55 km utara Seririt Bali sedalam 17 km.
Dengan hal tersebut, ntuk mengantisipasi resiko
kejadian dari gempa bumi di Bali, Badan Penanggualangan Bencana Daerah
khususnya Kabupaten Gianyar menyusun perencanaan yang matang dalam
penanggulangan gempa di desa Pering, Gianyar.
Desa Pering merupakan salah satu dari bagian wilayah
kecamatan Blahbatuh, Gianyar yang rawan gempa dan Tsunami. Daerah ini memiliki luas wilayah 707,720 Ha.
Daerah desa Pering berada pada daerah yang landai dengan ketinggian 30 meter di
atas permukaan laut, serta memiliki tingkat curah hujan relative basah. Oleh
sebab itu maka kami melakukan observasi bagaimana pelaksanaan dari manajemen
mitigasi bencana di daerah Pering, Gianyar.
1.2 Tujuan Masalah
Dari hal tersebut adapun tujuan dari laporan ini yaitu
untuk mengetahui manajemen mitigasi bencana gempa bumi di desa Pering Gianyar.
1.3 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dapat diangkat yaitu bagaimana
Manajemen mitigasi bencana gempa bumi di desa Pering Gianyar oleh Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Gianyar?
1.4 Manfaat
Dengan
hal tersebut, maka terdapat beberapa manfaat diantaranya yakni:
1.
Manfaat Untuk Masyarakat
Meningkatkan kesadaran
dan pengetahuan Masyarakat desa Pering, Gianyar terhadap kejadian bencana alam
gempa bumi, khususnya melalui pemahaman, serta pelatihan yang baik mengenai
upaya untuk mengurangi resiko bahaya gempa bumi.
2. Manfaat
Untuk Penulis
Meningkatkan pengetahuan penulis
mengenai bagaiamana proses dari manajemen bencana gempa bumi yang dilakukan
oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah Gianyar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Pengertian Gempa Bumi
Menurut
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana, Gempa Bumi
adalah berguncangnya bumi yang disebabkan oleh tumbukan antar lempeng bumi,
patahan aktif aktivitas gunung api atau runtuhan bantuan.
Gempa bumi adalah getaran yang terjadi
permukaan bumi. Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng
bumi). Kata gempa bumi juga digunakan untuk menunjukkan daerah asal terjadinya
kejadian gempa bumi tersebut. Bumi kita walaupun padat, selalu bergerak, dan
gempa bumi terjadi apabila tekanan yang terjadi karena pergerakan itu sudah
terlalu besar untuk dapat ditahan. Gempa bumi terjadi setiap hari di bumi,
namun kebanyakan kecil dan tidak menyebabkan kerusakan apa-apa. Gempa bumi
kecil juga dapat mengiringi gempa bumi besar, dan dapat terjadi sesudah,
sebelum, atau selepas gempa bumi besar tersebut.
Gempa bumi diukur dengan menggunakan alat
yang dinamakan Pengukur Richter. Gempa bumi dibagi ke dalam skala dari satu
hingga sembilan berdasarkan ukurannya (skala Richter). Gempa bumi juga dapat
diukur dengan menggunakan ukuran Skala Mercalli.
2.2. Teori Ketidakpastian
Kata ketidakpastian
berarti suatu keraguan, dan dengan demikian pengertian ketidak pastian dalam
arti yang luas adalah suatu pengukuran dimana validitas dan ketepatan hasilnya
masih diragukan. Berdasarkan “International Vocabulary Of Basic and General Terms
in Metrology”, pengukuran didefinisikan sebagai sederetan operasi yang
mempunyai objek untuk ditentukan nilai kuantitasnya. (Choi et al. 2002 dalam
IPD Harahap)
2.3. Pengertian Manajemen
Bencana/Disaster Manajemen
Manajemen bencana didefinisikan sebagai suatu
ilmu pengetahuan terapan (aplikatif) yang mencari, dengan observasi sistematis
dan analisis bencana untuk meningkatkan tindakan-tindakan (measures) terkait dengan preventif (pencegahan), mitigasi
(pengurangan), persiapan, respon darurat dan pemulihan ( Carter W. Nick dalam
Kosmas Prayogo).
Menurut Neil Grigg (dalam Komas Prayogo)
phase utama dan fungsi pengelolaan manajemen secara umum termasuk dalam
manajemen/pengelolaan bencana, meliputi :
1. Perencanaan
(planning), meliputi : (1)
Identifikasi masalah bencana atau sasaran / tujuan pengelolaan bencana yang
ditargetkan; (2) Pengumpulan data primer dan sekunder; (3) Penentuan metode
yang digunakan; (4) Investigasi, analisis atau kajian; (5) Penentuan solusi
dengan berbagai alternatif. Kesuksesan suatu proses memerlukan suatu konsep
strategi dan implementasi perencanaan yang jelas dan terarah. Strategi
perencanaan ini melalui beberapa tingkatan (stage). Sedangkan implementasi
perencanaan merupakan aplikasi atau aksi dan strategi.
2. Pengorganisasian
(organising). Organize berarti mengatur, sehingga pengorganisasian merupakan
pengaturan dalam pembagian kerja, tugas, hak dan kewajiban semua orang (pihak)
yang masuk dalam suatu kesatuan/kelompok organisasi dalam implementasi pada
sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana.
3. Kepemimpinan
(directing). Lebih dominan ke aspek-aspek leadership,
yaitu proses kepemimpinan, pembimbingan, pembinaan, pengarahan, motivator, reward and punishment,
konselor, dan pelatihan. Kepemimpinan khususnya dalam pengelolaan bencana
mempunyai peran yang vital karena akan mempengaruhi semua aspek dalam semua
tingkatan. Faktor lain yang membedakan dengan pengelolaan yang lain adalah
bahwa pengelolaan bencana sesuai dengan siklusnya mempunyai kondisi
tahapan-tahapan.
4. Pengkoordinasian
(coordinating). Koordinasi adalah
upaya bagaimana mengordinasi sumber daya manusia (SDM) agar ikut terlibat,
mempunyai rasa memiliki, mengambil bagian atau dapat berperan serta dengan baik
sebagian maupun menyeluruh dari suatu kegiatan sehingga dapat dipastikan SDM
dapat bekerja secara tepat dan benar. Koordinasi bisa bersifat horizontal yaitu
antar bagian yang mempunyai kedudukan setara maupun vertikal yaitu antar suatu
bagian di atasnya atau di bawahnya sesuai dengan struktur yang ada. Dalam hal
ini, koordinasi juga harus melibatkan masyarakat sebagai pelaku utama yang
terlibat langsung ketika sebelum, saat dan sesudah bencana.
5. Pengendalian
(controlling). Pengendaian merupakan
upaya kontrol, pengawasan, evaluasi dan monitoring terhadap SDM, organisasi,
hasil kegiatan dari bagian-bagian ataupun dari seluruh kegiatan yang ada.
Manfaat dari pengendalian ini dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas dari
sisi-sisi waktu (time), ruang (space), biaya (cost) dan sekaligus untuk peningkatan kegiatan baik secara
kuantitas maupun kualitas. Pengendalian ini juga berfungsi sebagai alat untuk
mengetahui bagaimana kegiatan atau bagian dari kegiatan itu bekerja, unutk
menekan kerugian sekecil mungkin dan juga menyesuaikan dengan perubahan situasi
dan kondisi normal ke kondisi kritis dan atau darurat.
6. Pengawasan
(supervising). Pengawasan dilakukan
untuk memastikan SDM bekerja dengan benar sesuai dengan fungsi, tugas dan
kewenangannya. Pengawasan juga berfungsi untuk memastikan suatu proses sudah
berjalan dengan semestinya dan keluaran yang dihasilkan sesuai dengan tujuan,
target dan sasaran dan juga berfungsi untuk mengetahui suatu kerja atau
kegiatan sudah dilakukan dengan benar.
7. Penganggaran
(budgeting). Dalam hal pengelolaan
bencana, penganggaran juga menjadi salah satu faktor utama suksesnya suatu
proses pembangunan baik dalam situasi normal atau darurat mulai dari studi,
perencanaan, kontruksi, operasi dan pemeliharaan infrastruktur kebencanaan
maupun peningkatan sistem infrastruktur yang ada.
8. Keuangan
(financing). Awal dari perencanaan
finansial adalah proses penganggaran. Ketika tugas pokok dan fungsi dari
tiap-tiap kegiatan institusi/organisasi sudah teridentifikasi langkah
selanjutnya adalah menentukan program kerja, perhitungan biaya dan manfaat,
analisis resiko dan kesuksesan program.
Pada dasarnya
manajemen bencana merupakan sebuah proses yang dinamis, proses tersebut terdiri
dari fungsi manajemen klasik yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pembagian tugas, pengendalian, dan pengawasan. Proses tersebut juga elibatkan berbagai
macam organisasi yang harus bekerjasama untuk melakukan pencegahan, mitigasi,
kesiapsiagaan, tanggap darurat, dan pemulihan akibat bencana.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Letak
Geografi Kabuaten Gianyar
Kabupaten Gianyar merupakan satu
sembilan Kabupaten/Kota yang ada di Propinsi Bali. Secara Astronomis Kabupaten
Gianyar terletak diantara 80180 520 Lintang Selatan, 1150 050 290 dan 1150 220 230Bujur Timur. Batas-batas
administrasi sebagai berikut :
Sebelah Utara
: Kabupaten Bangli
Sebelah Timur :
Kabupaten Klungkung atau Bangli
Sebelah Selatan : Kota Denpasar dan
Selat Badung
Sebelah Barat
: Kabupaten Badung
Kabupaten Gianyar meliputi wilayah daratan dengan luas
368 Km2 atau 36.800
Ha, yang terdiri dari :
1.
Kecamatan Sukawati : 55,02
Km2 (14,95%)
2.
Kecamatan Blahbatuh : 39,70
Km2 (10,79%)
3.
Kecamatan Gianyar :
50,59 Km2 (13,75%)
4.
Kecamatan Tampaksiring : 42,63
Km2 (11,58%)
5.
Kecamatan Ubud :
42,38 Km2 (11,52%)
6.
Kecamatan Tegallalang : 61,80
Km2 (16,79%)
7.
Kecamatan Payangan : 75,88
Km2 (20,62%)
Dibanding
dengan wilayah Provinsi Bali yang luasnya : 563.286 Ha, berarti luas Kabupaten
Gianyar hanya 6,53% dari luas wilayah Propinsi Bali. Bila dirangking antar
Kabupaten dari sisi luas wilayahnya Kabupaten Gianyar menempati urutan ke-7
(tujuh) berada diatas Kota Denpasar dan Kabupaten Klungkung.
Wilayah
Kabupaten Gianyar membentang dari Utara yaitu wilayah atas ke Selatan berupa
wilayah pantai dari lautan samudra Indonesia. Keadaan tanah rata-rata tidak
begitu tinggi diatas permukaan laut. Bagian Selatan daerah ini 30% diantaranya
merupakan daratan, sedangkan bagian wilayah Utara merupakan daerah yang
bergelombang. Tanah yang mencapai ketinggian 750 Meter dari permukaan laut
tidak begitu luas (2.463,5 Ha), dibandingkan dengan luas daratan. Di bagian
Selatan merupakan tanah-tanah datar dan lebih rendah karena dekat dengan laut.
Di daerah ini terbentang pantai berpasir hitam sepanjang + 20 Km. Wilayah
Kabupaten Gianyar tidak memiliki Danau maupun Gunung. (Bapeda Kabupaten
Gianyar, 2014)
3.1.1
Letak
Geografi Desa Pering
Desa
Pering merupakan salah satu bagian dari wilayah Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten
Gianyar, yang memiliki luas wilayah 707.720 Ha, terletak di daerah landai dengan
ketinggian 30 meter diatas permukaan laut, curah hujan relatif basah dengan
batas wilayah admistrasi sebagai berikut ( Desa Pering, 2014) :
a. Sebelah
utara berbatasan dengan Desa Belega dan Desa Blahbatuh.
b. Sebelah
Timur berbatasan dengan Desa Keramas.
c. Sebelah
Selatan berbatasan dengan Selat Badung.
d. Sebelah
Barat berbatasan dengan Desa Saba.
Desa
pering yang terdiri dari 6 (enam) Desa Adat dan 7 ( tujuh) Banjar Dinas.
Nama-nama Banjar Dinas yaitu :
a. Banjar
Dinas Patalon
b. Banjar
Dinas Sema
c. Banjar
Dinas Pinda
d. Banjar
Dinas Pering
e. Banjar
Dinas Tojan Tegal
f. Banjar
Dinas Tojan Kanginan
g. Banjar
Dinas Perangsada.
3.2
Keadaan
Demografi Desa Pering
Demografi
merupakan susunan jumlah dan perkembangan penduduk (Depdikbud, 1990). Dalam
tugas ini keadaan demografi di Desa Pering meliputi kondisi penduduk
berdasarkan faktor umur dan mata pencaharian hidup. Berdasarkan Profil Desa
Pering tahun 2013, jumlah penduduk di Desa Pering sebanyak 7.440, yang terdiri
atas 1.497 kepala keluarga, meliputi 3.653 orang laki-laki dan 3.787orang perempuan.
Berdasarkan
faktor umur, penduduk di Desa Pering per tahun 2013 berumur 0-56 tahun keatas
dapat dirinci dalam tabel berikut.
Tabel.
Kondisi Penduduk berdasarkan Faktor Umur
No
|
Umur
(tahun)
|
Jumlah
(orang)
|
Presentase
(%)
|
1
|
0-1
|
228
|
3,06
|
2
|
1 - 5
|
536
|
7,2
|
3
|
5 - 7
|
172
|
2,3
|
4
|
7 - 15
|
768
|
10,32
|
5
|
15 - 56
|
4699
|
63,1
|
6
|
>56
|
1037
|
13,93
|
Jumlah
|
7440
|
100
|
Sumber:
Profil Desa Pering, 2013
Data dalam tabel di atas menunjukkan bahwa berdasarkan
faktor umur, penduduk Desa Pering yang jumlahnya paling banyak adalah penduduk
berumur 15-56 tahun sejumlah 4699 orang (63,1%), penduduk berumur 56
tahunkeatas sejumlah 1037 orang (13,93%), penduduk yang berumur 7-15
tahunsebanyak 768 orang (10,32%), berumur 1-5 tahun berjumlah 536 orang (7,2%),
dan berumur 0-1 tahun berjumlah 228 orang (3,06%). Jumlah tersebut
menggambarkan bahwa masyarakat di Desa Penglipuran rata-rata masih berusia
produktif dengan presentase sebesar 63,1%.
Dilihat dari mata pencaharian, penduduk
Desa Penglipuran memiliki mata pencaharian yang bervariasi sebagaimana dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel
2.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Hidup
No
|
Jenis
Mata Pencaharian
|
Jumlah
Penduduk (orang)
|
Presentase
(%)
|
1
|
Petani
|
112
|
26
|
2
|
Nelayan
|
7
|
1,66
|
3
|
Cat Mobil
|
5
|
1,19
|
4
|
Perakitan elektronik
|
5
|
1,19
|
5
|
SPBU
|
14
|
3,33
|
6
|
Pengecer Bahan Bakar/Gas
|
10
|
2,38
|
7
|
Pedagang
|
10
|
2,38
|
8
|
Peternak
|
10
|
2,38
|
9
|
Pelukis
|
2
|
0,47
|
10
|
Penjahit
|
4
|
0,95
|
11
|
Perikanan
|
120
|
28,57
|
12
|
Tukang Kayu
|
30
|
7,14
|
13
|
Tukang Batu
|
50
|
11,9
|
14
|
Tukang Jahit/Bordir
|
15
|
3,57
|
15
|
Tukang Cukur
|
1
|
0,23
|
16
|
Tukang Besi
|
2
|
0,47
|
17
|
Tukang Gali Sumur
|
2
|
0,47
|
18
|
Tukang Pijat/Urut/Pengobatan
|
1
|
0,23
|
19
|
Villa
|
2
|
0,47
|
20
|
Pesewaan Kamar
|
18
|
4,28
|
Jumlah
|
420
|
100
|
Sumber:
Profil Desa Wisata Penglipuran, 2013
Data dalam tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian
besar penduduk Desa Penglipuran yakni 120 orang (28,57%) bekerja dibidang
perikanan. Di samping itu terdapat 112 orang (26%) yang menekuni mata
pencaharian di bidang pertanian, kemudian sejumlah 35 orang (10,35%) bekerja di
kapal pesiar, ada pula masyarakat yang bekerja sebagai tukang sebanyak 101
orang (24,01%), dan lain-lain. Hal ini menunjukkan bahwa mata pencaharian utama
masyarakat di Desa Penglipuran adalah mayoritas bermatapencaharian dibidang
perikanan dan pertanian.
3.3
Mitigasi
Bencana Oleh BPBD Gianyar di Desa Pering
3.3.1
Keadaan Bangunan
Keadaan bangunan untuk wilayah Desa Pering
memiliki pondasi rumah yang kuat, sehingga dari kejadian gempa yang sudah
terjadi di Desa Pering tidak pernah mengakibatkan kerusakan ataupun korban
jiwa.
3.3.2
Pelatihan dan Edukasi Masyarakat
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Kabupaten Gianyar sudah melaksanakan pelatihan kepada masyarakat Gianyar. Salah
satunya yaitu di Desa Pering yang telah dilaksanakan pada tanggal 26 November
2016. Pada pelatihan tersebut yang diwakilkan 200 orang dari Desanya, dimana
pelatihan tersebut membahas tentang peringatan dini dan tanggap darurat.
Setelah pelatihan dilaksanakan pula simulasi bencana gempa dan tsunami di
pantai Saba Gianyar pada tanggal 27 November 2016. Bapak Muliawan selaku wakil
Bendesa Adat Pering menuturkan bahwa pelaksanaan pelatihan dan simulasi bencana
gempa dan tsunami melibatkan tokoh-tokoh masyarakat se-Desa Pering seperti PKK,
pecalang, Kelian Desa, dan staf Desa. Salah satu warga yang kami wawancarai
menyatakan bahwa beliau belum pernah mendapatkan informasi mengenai pelatihan
ataupun simulasi bencana gempa dan tsunami. Meskipun demikian sebagian besar
warga Desa Pering mengetahui titik berkumpul apabila terjadi bencana gempa dan
tsunami yaitu di SD N 3 Pering.
3.3.3
Pengenalan Peringatan Dini
BPBD Kabupaten Gianyar melaksanakan
pengenalan peringatan dini pada saat pelatihan dan edukasi masyarakat yang
dilaksanakan di Kantor Desa Desa Pering. Peringatan dini tersebut terdiri dari:
a.
Peringatan Dini I
Peringatan dini I yaitu informasi
dari BMKG bahwa terjadi gempa bumi yang mengguncang wilayahnya tersebut.
Apabila gempa bumi tersebut berpotensi tsunami, maka seluruh jajaran terkait
segera menginformasikan ke media dan masyarakat Gianyar. Media dengan
pemerhatinya yaitu ada Kom Info dengan jaringannya, Camat dengan aparat
dibawahnya, Kades bersama dengan perangkat desa kepada masyarakat.
Selanjutnya, BPBD Gianyar melalui Rupusdalops Kabupaten
Gianyar merespon dari BMKG dan melapor ke Bupati serta menindak lanjuti informasi
dari BMKG 5 menit setelah gempa bumi yang berpotensi tsunami serta memberikan
peringatan kepada seluruh masyarakat Gianyar yang berada di pesisir pantai dan
sekitarnya, agar segera melakukan evakuasi mandiri ke tempat yang lebih aman. Khusus untuk Desa Pering seluruh masyarakat
diarahkan agar melakukan evakuasi ke tempat yang lebih aman dan untuk kawasan
pantai Pering melakukan evakuasi ke tempat yang lebih tinggi dan sesuai dengan
perencanaan evakuasi yang telah disepakati. Para aparat Desa mengkoordinasikan
masyarakatnya menuju lokasi yang lebih aman sesuai dengan peta evakuasi yang
telah disediakan.
b.Peringatan Dini II
Peringatan
Dini II yaitu Bupati melalui BPBD Gianyar merespon informasi BMKG. Selanjutnya
BMKG menginformasikan kembali mengenai kekuatan dan lokasi gempa serta tambahan
informasi waktu gelombang, pada peringatan dini II sesuai dengan SOP yang
berlaku. Kemudian masyarakat dibantu TNI Polri bergiat mengkoordinir evakuasi
mandiri berangkat ke lokasi pengungsian sementara yaitu SD N 3 Pering.
c.
Peringatan Dini III
BMKG mengeluarkan
peringatan dini III yang berisikan pembaharuan peringatan dini II didukung Buoy dan Tide geuge. Rupusdalops kembali mendiseminasikan informasi dari
BMKG kepada mayarakat Desa Pering.
3.3.4 Pengenalan
Jalur Evakuasi
Pada pelatihan dan
edukasi masyarakat telah diperkenalkan jalur evakuasi apabila terjadi gempa
bumi atau tsunami. BPBD Kabupaten Gianyar telah memiliki peta jalur evakuasi
rawan gempa dan tsunami. Disepanjang pesisir pantai dan persimpangan jalan
dekat pantai telah dilengkapi dengan petunjuk jalur evakuasi. Pada simulasi
yang dilaksanakan oleh BPBD Kabupaten Gianyar untuk masyarakat Desa Pering,
diarahkan jalur evakuasinya yaitu dari pantai Saba menuju Desa Saba, Desa Tojan
dan titik berkumpulnya di SD N 3 Pering.
BAB
IV
KESIMPULAN
DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari paparan atau penjelasan
diatas, maka dapat disimpulkan Kabupaten Gianyar memiliki 30 % daratan, Tanah
yang memiliki ketinggian 750 meter dari permukaan laut, dan memiliki bentang
pantai berpasir hitam sepanjang +20 Km. Desa Pering memiliki luas wilayah
707,720 Ha, terletak didaerah landai dengan ketinggian 30 meter diatas
permukaan laut. Karena ketinggiannya hanya 30 meter maka pihak BPBD Kabupaten
Gianyar melakukan pelatihan Mitigasi Bencana dengan menyasar masyarakat Gianyar
yang diwakili oleh 200 orang dari desanya, dan pelatihan Mitigasi Bencana ini
dilaksanakan di Desa Pering Kabupaten Gianyar.
Mitigasi Bencana yang dilakukan
oleh BPBD Kabupaten Gianyar ini antara lain, yang pertama dengan Melihat
Keadaan Bangunan, yang kedua Pelatihan dan Edukasi Masyarakat yang ketiga ada
Pengenalan Peringatan Dini, peringatan dini terdiri dari Peringan Dini I,
Peringan Dini II, dan Peringan Dini III dan yang terakhir ada Pengenalan Jalur
Evakuasi.
4.2 Saran
Saran yang dapat diberikan
penulis yaitu menggiatkan kembali pelatihan dan simulasi Mitigasi Bencana di
Desa Pering Kabupaten Gianyar, karena ada beberapa masyarakat yang masih belum
pernah mendapatkan informasi mengenai pelatihan dan simulasi bencana Gempa Bumi
dan Tsunami. Agar kedepannya masyarakat dapat tanggap terhadap bencana Gempa
Bumi dan Tsunami yang sewaktu-waktu dapat terjadi di wilayah Desa Pering
Kabupaten Gianyar.
DAFTAR
PUSTAKA
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Undang-Undang No 27
Tahun 2007 Tentang Penanggulangan
Bencana Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa Presiden Republik Indonesia,. www.bnpb.go.id/uploads/migration/pubs/1.pdf. Diakses pada 29 November 2016.
Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Kalimantan Timur (2014). http://bpbdkaltim.com/page/definisi-bencana. Diakses pada 30 November 2016.
Lutfi,
M. (2014). Bab II Tinjuan Pustaka.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41023/4/Chapter%20II.pdf. Diakses pada 30 November 2016.
Prayogo,
Kosmas (2008). Pengaruh Manajemen Bencana.
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/120639-T%2025509-pengaruh%20manajemen-%20literatur.pdf.
Diakses pada 30 November 2016.
Harahap, IPD (2014). BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/42374/4/Chapter%20II.pdf
Diakses pada 30 November 2016.
Bapeda Kabupaten Gianyar, 2014. Profil Kabupaten Gianyar. Diakses
tanggal 1 Desember 2016. http://bappeda.gianyarkab.go.id/index.php/baca-artikel/3/Gambaran-Umum-Kabupaten-Gianyar
Desa Pering, 2014. Profil Desa Pering dari tahun 2014-2016. Bali
No comments:
Post a Comment