Thursday, June 20, 2019

EDUCATION: Manajemen Bencana Kabupaten Gianyar



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam, faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana gempa bumi merupakan salah satu bencana alam yang mengakibatkan peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan energi di dalam bumi secara tiba-tiba yang ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada kerak bumi.
Indonesia merupakan salah satu Negara yang berada pada jalur rawan gempa. Hal ini disebabkan karena negara Indonesia memiliki kepulauan yang terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Kondisi alam tersebut disertai dengan keanekaragaman penduduk dan budaya di Indonesia yang menyebabkan timbulnya risiko terjadinya bencana alam, bencana ulah manusia dan kedaruratan kompleks, meskipun disisi lain juga kaya akan sumberdaya alam.
Bali adalah salah satu pulau di Indonesia yang rawan gempa karena pulau Bali diapit oleh dua sumber gempa bumi, dari selatan subduksi lempeng Indo-Australia dan dari utara adalah sesar naik di dasar laut. Keduanya berpotensi memicu gempa bumi merusak dan dapat membangkitkan tsunami. Salah satu kejadian gempa pada 28 Juli 2016, pukul 03.41.47 WIB, sebagian wilayah pulau Bali dan Jawa Timur diguncang gempa tektonik. Hasil dari analisis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan gempa bumi ini berkekuatan magnitude (M) = 4,5 Skala Richter (SR), dengan pusat gempa di Laut Bali sekitar 55 km utara Seririt Bali sedalam 17 km.
Dengan hal tersebut, ntuk mengantisipasi resiko kejadian dari gempa bumi di Bali, Badan Penanggualangan Bencana Daerah khususnya Kabupaten Gianyar menyusun perencanaan yang matang dalam penanggulangan gempa di desa Pering, Gianyar.
Desa Pering merupakan salah satu dari bagian wilayah kecamatan Blahbatuh, Gianyar yang rawan gempa dan Tsunami.  Daerah ini memiliki luas wilayah 707,720 Ha. Daerah desa Pering berada pada daerah yang landai dengan ketinggian 30 meter di atas permukaan laut, serta memiliki tingkat curah hujan relative basah. Oleh sebab itu maka kami melakukan observasi bagaimana pelaksanaan dari manajemen mitigasi bencana di daerah Pering, Gianyar.

1.2  Tujuan Masalah
Dari hal tersebut adapun tujuan dari laporan ini yaitu untuk mengetahui manajemen mitigasi bencana gempa bumi di desa Pering Gianyar.

1.3  Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dapat diangkat yaitu bagaimana Manajemen mitigasi bencana gempa bumi di desa Pering Gianyar oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Gianyar?

1.4  Manfaat
Dengan hal tersebut, maka terdapat beberapa manfaat diantaranya yakni:
1.      Manfaat Untuk Masyarakat
Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan Masyarakat desa Pering, Gianyar terhadap kejadian bencana alam gempa bumi, khususnya melalui pemahaman, serta pelatihan yang baik mengenai upaya untuk mengurangi resiko bahaya gempa bumi.
2.      Manfaat Untuk Penulis
Meningkatkan pengetahuan penulis mengenai bagaiamana proses dari manajemen bencana gempa bumi yang dilakukan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah Gianyar.






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Gempa Bumi
Menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana, Gempa Bumi adalah berguncangnya bumi yang disebabkan oleh tumbukan antar lempeng bumi, patahan aktif aktivitas gunung api atau runtuhan bantuan.
Gempa bumi adalah getaran yang terjadi permukaan bumi. Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi). Kata gempa bumi juga digunakan untuk menunjukkan daerah asal terjadinya kejadian gempa bumi tersebut. Bumi kita walaupun padat, selalu bergerak, dan gempa bumi terjadi apabila tekanan yang terjadi karena pergerakan itu sudah terlalu besar untuk dapat ditahan. Gempa bumi terjadi setiap hari di bumi, namun kebanyakan kecil dan tidak menyebabkan kerusakan apa-apa. Gempa bumi kecil juga dapat mengiringi gempa bumi besar, dan dapat terjadi sesudah, sebelum, atau selepas gempa bumi besar tersebut.
Gempa bumi diukur dengan menggunakan alat yang dinamakan Pengukur Richter. Gempa bumi dibagi ke dalam skala dari satu hingga sembilan berdasarkan ukurannya (skala Richter). Gempa bumi juga dapat diukur dengan menggunakan ukuran Skala Mercalli.
2.2. Teori Ketidakpastian
Kata ketidakpastian berarti suatu keraguan, dan dengan demikian pengertian ketidak pastian dalam arti yang luas adalah suatu pengukuran dimana validitas dan ketepatan hasilnya masih diragukan. Berdasarkan “International Vocabulary Of Basic and General Terms in Metrology”, pengukuran didefinisikan sebagai sederetan operasi yang mempunyai objek untuk ditentukan nilai kuantitasnya. (Choi et al. 2002 dalam IPD Harahap)
2.3. Pengertian Manajemen Bencana/Disaster Manajemen
Manajemen bencana didefinisikan sebagai suatu ilmu pengetahuan terapan (aplikatif) yang mencari, dengan observasi sistematis dan analisis bencana untuk meningkatkan tindakan-tindakan (measures) terkait dengan preventif (pencegahan), mitigasi (pengurangan), persiapan, respon darurat dan pemulihan ( Carter W. Nick dalam Kosmas Prayogo).
Menurut Neil Grigg (dalam Komas Prayogo) phase utama dan fungsi pengelolaan manajemen secara umum termasuk dalam manajemen/pengelolaan bencana, meliputi :
1.      Perencanaan (planning), meliputi : (1) Identifikasi masalah bencana atau sasaran / tujuan pengelolaan bencana yang ditargetkan; (2) Pengumpulan data primer dan sekunder; (3) Penentuan metode yang digunakan; (4) Investigasi, analisis atau kajian; (5) Penentuan solusi dengan berbagai alternatif. Kesuksesan suatu proses memerlukan suatu konsep strategi dan implementasi perencanaan yang jelas dan terarah. Strategi perencanaan ini melalui beberapa tingkatan (stage). Sedangkan implementasi perencanaan merupakan aplikasi atau aksi dan strategi.
2.      Pengorganisasian (organising). Organize berarti mengatur, sehingga pengorganisasian merupakan pengaturan dalam pembagian kerja, tugas, hak dan kewajiban semua orang (pihak) yang masuk dalam suatu kesatuan/kelompok organisasi dalam implementasi pada sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana.
3.      Kepemimpinan (directing). Lebih dominan ke aspek-aspek leadership, yaitu proses kepemimpinan, pembimbingan, pembinaan, pengarahan, motivator, reward and punishment, konselor, dan pelatihan. Kepemimpinan khususnya dalam pengelolaan bencana mempunyai peran yang vital karena akan mempengaruhi semua aspek dalam semua tingkatan. Faktor lain yang membedakan dengan pengelolaan yang lain adalah bahwa pengelolaan bencana sesuai dengan siklusnya mempunyai kondisi tahapan-tahapan.
4.      Pengkoordinasian (coordinating). Koordinasi adalah upaya bagaimana mengordinasi sumber daya manusia (SDM) agar ikut terlibat, mempunyai rasa memiliki, mengambil bagian atau dapat berperan serta dengan baik sebagian maupun menyeluruh dari suatu kegiatan sehingga dapat dipastikan SDM dapat bekerja secara tepat dan benar. Koordinasi bisa bersifat horizontal yaitu antar bagian yang mempunyai kedudukan setara maupun vertikal yaitu antar suatu bagian di atasnya atau di bawahnya sesuai dengan struktur yang ada. Dalam hal ini, koordinasi juga harus melibatkan masyarakat sebagai pelaku utama yang terlibat langsung ketika sebelum, saat dan sesudah bencana.
5.      Pengendalian (controlling). Pengendaian merupakan upaya kontrol, pengawasan, evaluasi dan monitoring terhadap SDM, organisasi, hasil kegiatan dari bagian-bagian ataupun dari seluruh kegiatan yang ada. Manfaat dari pengendalian ini dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas dari sisi-sisi waktu (time), ruang (space), biaya (cost) dan sekaligus untuk peningkatan kegiatan baik secara kuantitas maupun kualitas. Pengendalian ini juga berfungsi sebagai alat untuk mengetahui bagaimana kegiatan atau bagian dari kegiatan itu bekerja, unutk menekan kerugian sekecil mungkin dan juga menyesuaikan dengan perubahan situasi dan kondisi normal ke kondisi kritis dan atau darurat.
6.      Pengawasan (supervising). Pengawasan dilakukan untuk memastikan SDM bekerja dengan benar sesuai dengan fungsi, tugas dan kewenangannya. Pengawasan juga berfungsi untuk memastikan suatu proses sudah berjalan dengan semestinya dan keluaran yang dihasilkan sesuai dengan tujuan, target dan sasaran dan juga berfungsi untuk mengetahui suatu kerja atau kegiatan sudah dilakukan dengan benar.
7.      Penganggaran (budgeting). Dalam hal pengelolaan bencana, penganggaran juga menjadi salah satu faktor utama suksesnya suatu proses pembangunan baik dalam situasi normal atau darurat mulai dari studi, perencanaan, kontruksi, operasi dan pemeliharaan infrastruktur kebencanaan maupun peningkatan sistem infrastruktur yang ada.
8.      Keuangan (financing). Awal dari perencanaan finansial adalah proses penganggaran. Ketika tugas pokok dan fungsi dari tiap-tiap kegiatan institusi/organisasi sudah teridentifikasi langkah selanjutnya adalah menentukan program kerja, perhitungan biaya dan manfaat, analisis resiko dan kesuksesan program.
 Pada dasarnya manajemen bencana merupakan sebuah proses yang dinamis, proses tersebut terdiri dari fungsi manajemen klasik yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pembagian tugas, pengendalian, dan pengawasan. Proses tersebut juga elibatkan berbagai macam organisasi yang harus bekerjasama untuk melakukan pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat, dan pemulihan akibat bencana.























BAB III
PEMBAHASAN

3.1              Letak Geografi Kabuaten Gianyar
Kabupaten Gianyar merupakan satu sembilan Kabupaten/Kota yang ada di Propinsi Bali. Secara Astronomis Kabupaten Gianyar terletak diantara 80180 520 Lintang Selatan, 1150 050 290 dan 1150 220 230Bujur Timur. Batas-batas administrasi sebagai berikut :
Sebelah Utara       :  Kabupaten Bangli
Sebelah Timur      :  Kabupaten Klungkung atau Bangli
Sebelah Selatan   :  Kota Denpasar dan Selat Badung
Sebelah Barat        :  Kabupaten Badung
Kabupaten Gianyar meliputi wilayah daratan dengan luas 368 Km2 atau 36.800 Ha, yang terdiri dari :
1.      Kecamatan Sukawati                 : 55,02 Km2 (14,95%)
2.      Kecamatan Blahbatuh                : 39,70 Km2 (10,79%)
3.      Kecamatan Gianyar                   : 50,59 Km2 (13,75%)
4.      Kecamatan Tampaksiring           : 42,63 Km2 (11,58%)
5.      Kecamatan Ubud                       : 42,38 Km2 (11,52%)
6.      Kecamatan Tegallalang              : 61,80 Km2 (16,79%)
7.      Kecamatan Payangan                 : 75,88 Km2 (20,62%)
Dibanding dengan wilayah Provinsi Bali yang luasnya : 563.286 Ha, berarti luas Kabupaten Gianyar hanya 6,53% dari luas wilayah Propinsi Bali. Bila dirangking antar Kabupaten dari sisi luas wilayahnya Kabupaten Gianyar menempati urutan ke-7 (tujuh) berada diatas Kota Denpasar dan Kabupaten Klungkung.
Wilayah Kabupaten Gianyar membentang dari Utara yaitu wilayah atas ke Selatan berupa wilayah pantai dari lautan samudra Indonesia. Keadaan tanah rata-rata tidak begitu tinggi diatas permukaan laut. Bagian Selatan daerah ini 30% diantaranya merupakan daratan, sedangkan bagian wilayah Utara merupakan daerah yang bergelombang. Tanah yang mencapai ketinggian 750 Meter dari permukaan laut tidak begitu luas (2.463,5 Ha), dibandingkan dengan luas daratan. Di bagian Selatan merupakan tanah-tanah datar dan lebih rendah karena dekat dengan laut. Di daerah ini terbentang pantai berpasir hitam sepanjang + 20 Km. Wilayah Kabupaten Gianyar tidak memiliki Danau maupun Gunung. (Bapeda Kabupaten Gianyar, 2014)
3.1.1     Letak Geografi Desa Pering
Desa Pering merupakan salah satu bagian dari wilayah Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, yang memiliki luas wilayah 707.720 Ha, terletak di daerah landai dengan ketinggian 30 meter diatas permukaan laut, curah hujan relatif basah dengan batas wilayah admistrasi sebagai berikut ( Desa Pering, 2014) :
a.       Sebelah utara berbatasan dengan Desa Belega dan Desa Blahbatuh.
b.      Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Keramas.
c.       Sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Badung.
d.      Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Saba.
Desa pering yang terdiri dari 6 (enam) Desa Adat dan 7 ( tujuh) Banjar Dinas. Nama-nama Banjar Dinas yaitu :
a.       Banjar Dinas Patalon
b.      Banjar Dinas Sema
c.       Banjar Dinas Pinda
d.      Banjar Dinas Pering
e.       Banjar Dinas Tojan Tegal
f.       Banjar Dinas Tojan Kanginan
g.      Banjar Dinas Perangsada.
3.2              Keadaan Demografi Desa Pering
Demografi merupakan susunan jumlah dan perkembangan penduduk (Depdikbud, 1990). Dalam tugas ini keadaan demografi di Desa Pering meliputi kondisi penduduk berdasarkan faktor umur dan mata pencaharian hidup. Berdasarkan Profil Desa Pering tahun 2013, jumlah penduduk di Desa Pering sebanyak 7.440, yang terdiri atas 1.497 kepala keluarga, meliputi 3.653 orang laki-laki dan 3.787orang perempuan.
Berdasarkan faktor umur, penduduk di Desa Pering per tahun 2013 berumur 0-56 tahun keatas dapat dirinci dalam tabel berikut.
Tabel. Kondisi Penduduk berdasarkan Faktor Umur
No
Umur (tahun)
Jumlah (orang)
Presentase (%)
1
0-1
228
3,06
2
1 - 5
536
7,2
3
5 - 7
172
2,3
4
7 - 15
768
10,32
5
15 - 56
4699
63,1
6
>56
1037
13,93
Jumlah
7440
100
Sumber: Profil Desa Pering, 2013
Data dalam tabel di atas menunjukkan bahwa berdasarkan faktor umur, penduduk Desa Pering yang jumlahnya paling banyak adalah penduduk berumur 15-56 tahun sejumlah 4699 orang (63,1%), penduduk berumur 56 tahunkeatas sejumlah 1037 orang (13,93%), penduduk yang berumur 7-15 tahunsebanyak 768 orang (10,32%), berumur 1-5 tahun berjumlah 536 orang (7,2%), dan berumur 0-1 tahun berjumlah 228 orang (3,06%). Jumlah tersebut menggambarkan bahwa masyarakat di Desa Penglipuran rata-rata masih berusia produktif dengan presentase sebesar 63,1%.
Dilihat dari mata pencaharian, penduduk Desa Penglipuran memiliki mata pencaharian yang bervariasi sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Hidup
No
Jenis Mata Pencaharian
Jumlah Penduduk (orang)
Presentase (%)
1
Petani
112
26
2
Nelayan
7
1,66
3
Cat Mobil
5
1,19
4
Perakitan elektronik
5
1,19
5
SPBU
14
3,33
6
Pengecer Bahan Bakar/Gas
10
2,38
7
Pedagang
10
2,38
8
Peternak
10
2,38
9
Pelukis
2
0,47
10
Penjahit
4
0,95
11
Perikanan
120
28,57
12
Tukang Kayu
30
7,14
13
Tukang Batu
50
11,9
14
Tukang Jahit/Bordir
15
3,57
15
Tukang Cukur
1
0,23
16
Tukang Besi
2
0,47
17
Tukang Gali Sumur
2
0,47
18
Tukang Pijat/Urut/Pengobatan
1
0,23
19
Villa
2
0,47
20
Pesewaan Kamar
18
4,28
Jumlah
420
100
Sumber: Profil Desa Wisata Penglipuran, 2013
Data dalam tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Desa Penglipuran yakni 120 orang (28,57%) bekerja dibidang perikanan. Di samping itu terdapat 112 orang (26%) yang menekuni mata pencaharian di bidang pertanian, kemudian sejumlah 35 orang (10,35%) bekerja di kapal pesiar, ada pula masyarakat yang bekerja sebagai tukang sebanyak 101 orang (24,01%), dan lain-lain. Hal ini menunjukkan bahwa mata pencaharian utama masyarakat di Desa Penglipuran adalah mayoritas bermatapencaharian dibidang perikanan dan pertanian.
3.3        Mitigasi Bencana Oleh BPBD Gianyar di Desa Pering
3.3.1     Keadaan Bangunan
     Keadaan bangunan untuk wilayah Desa Pering memiliki pondasi rumah yang kuat, sehingga dari kejadian gempa yang sudah terjadi di Desa Pering tidak pernah mengakibatkan kerusakan ataupun korban jiwa.
3.3.2     Pelatihan dan Edukasi Masyarakat
     Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Gianyar sudah melaksanakan pelatihan kepada masyarakat Gianyar. Salah satunya yaitu di Desa Pering yang telah dilaksanakan pada tanggal 26 November 2016. Pada pelatihan tersebut yang diwakilkan 200 orang dari Desanya, dimana pelatihan tersebut membahas tentang peringatan dini dan tanggap darurat. Setelah pelatihan dilaksanakan pula simulasi bencana gempa dan tsunami di pantai Saba Gianyar pada tanggal 27 November 2016. Bapak Muliawan selaku wakil Bendesa Adat Pering menuturkan bahwa pelaksanaan pelatihan dan simulasi bencana gempa dan tsunami melibatkan tokoh-tokoh masyarakat se-Desa Pering seperti PKK, pecalang, Kelian Desa, dan staf Desa. Salah satu warga yang kami wawancarai menyatakan bahwa beliau belum pernah mendapatkan informasi mengenai pelatihan ataupun simulasi bencana gempa dan tsunami. Meskipun demikian sebagian besar warga Desa Pering mengetahui titik berkumpul apabila terjadi bencana gempa dan tsunami yaitu di SD N 3 Pering.
3.3.3     Pengenalan Peringatan Dini
     BPBD Kabupaten Gianyar melaksanakan pengenalan peringatan dini pada saat pelatihan dan edukasi masyarakat yang dilaksanakan di Kantor Desa Desa Pering. Peringatan dini tersebut terdiri dari:
a.    Peringatan Dini I
Peringatan dini I yaitu informasi dari BMKG bahwa terjadi gempa bumi yang mengguncang wilayahnya tersebut. Apabila gempa bumi tersebut berpotensi tsunami, maka seluruh jajaran terkait segera menginformasikan ke media dan masyarakat Gianyar. Media dengan pemerhatinya yaitu ada Kom Info dengan jaringannya, Camat dengan aparat dibawahnya, Kades bersama dengan perangkat desa kepada masyarakat.
Selanjutnya,  BPBD Gianyar melalui Rupusdalops Kabupaten Gianyar merespon dari BMKG dan melapor ke Bupati serta menindak lanjuti informasi dari BMKG 5 menit setelah gempa bumi yang berpotensi tsunami serta memberikan peringatan kepada seluruh masyarakat Gianyar yang berada di pesisir pantai dan sekitarnya, agar segera melakukan evakuasi mandiri ke tempat yang lebih aman.  Khusus untuk Desa Pering seluruh masyarakat diarahkan agar melakukan evakuasi ke tempat yang lebih aman dan untuk kawasan pantai Pering melakukan evakuasi ke tempat yang lebih tinggi dan sesuai dengan perencanaan evakuasi yang telah disepakati. Para aparat Desa mengkoordinasikan masyarakatnya menuju lokasi yang lebih aman sesuai dengan peta evakuasi yang telah disediakan.


b.Peringatan Dini II
            Peringatan Dini II yaitu Bupati melalui BPBD Gianyar merespon informasi BMKG. Selanjutnya BMKG menginformasikan kembali mengenai kekuatan dan lokasi gempa serta tambahan informasi waktu gelombang, pada peringatan dini II sesuai dengan SOP yang berlaku. Kemudian masyarakat dibantu TNI Polri bergiat mengkoordinir evakuasi mandiri berangkat ke lokasi pengungsian sementara yaitu SD N 3 Pering.
c. Peringatan Dini III
BMKG mengeluarkan peringatan dini III yang berisikan pembaharuan peringatan dini II didukung Buoy dan Tide geuge. Rupusdalops kembali mendiseminasikan informasi dari BMKG kepada mayarakat Desa Pering.
3.3.4  Pengenalan Jalur Evakuasi
Pada pelatihan dan edukasi masyarakat telah diperkenalkan jalur evakuasi apabila terjadi gempa bumi atau tsunami. BPBD Kabupaten Gianyar telah memiliki peta jalur evakuasi rawan gempa dan tsunami. Disepanjang pesisir pantai dan persimpangan jalan dekat pantai telah dilengkapi dengan petunjuk jalur evakuasi. Pada simulasi yang dilaksanakan oleh BPBD Kabupaten Gianyar untuk masyarakat Desa Pering, diarahkan jalur evakuasinya yaitu dari pantai Saba menuju Desa Saba, Desa Tojan dan titik berkumpulnya di SD N 3 Pering.










BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
                 Dari paparan atau penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan Kabupaten Gianyar memiliki 30 % daratan, Tanah yang memiliki ketinggian 750 meter dari permukaan laut, dan memiliki bentang pantai berpasir hitam sepanjang +20 Km. Desa Pering memiliki luas wilayah 707,720 Ha, terletak didaerah landai dengan ketinggian 30 meter diatas permukaan laut. Karena ketinggiannya hanya 30 meter maka pihak BPBD Kabupaten Gianyar melakukan pelatihan Mitigasi Bencana dengan menyasar masyarakat Gianyar yang diwakili oleh 200 orang dari desanya, dan pelatihan Mitigasi Bencana ini dilaksanakan di Desa Pering Kabupaten Gianyar.
                 Mitigasi Bencana yang dilakukan oleh BPBD Kabupaten Gianyar ini antara lain, yang pertama dengan Melihat Keadaan Bangunan, yang kedua Pelatihan dan Edukasi Masyarakat yang ketiga ada Pengenalan Peringatan Dini, peringatan dini terdiri dari Peringan Dini I, Peringan Dini II, dan Peringan Dini III dan yang terakhir ada Pengenalan Jalur Evakuasi.
4.2 Saran
                  Saran yang dapat diberikan penulis yaitu menggiatkan kembali pelatihan dan simulasi Mitigasi Bencana di Desa Pering Kabupaten Gianyar, karena ada beberapa masyarakat yang masih belum pernah mendapatkan informasi mengenai pelatihan dan simulasi bencana Gempa Bumi dan Tsunami. Agar kedepannya masyarakat dapat tanggap terhadap bencana Gempa Bumi dan Tsunami yang sewaktu-waktu dapat terjadi di wilayah Desa Pering Kabupaten Gianyar.



DAFTAR PUSTAKA
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Undang-Undang No 27 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa Presiden Republik Indonesia,. www.bnpb.go.id/uploads/migration/pubs/1.pdf. Diakses pada 29 November 2016.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Kalimantan Timur (2014).    http://bpbdkaltim.com/page/definisi-bencana. Diakses pada 30 November 2016.
Lutfi, M. (2014). Bab II Tinjuan Pustaka. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41023/4/Chapter%20II.pdf. Diakses pada 30 November 2016.
Prayogo, Kosmas (2008). Pengaruh Manajemen Bencana. http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/120639-T%2025509-pengaruh%20manajemen-%20literatur.pdf. Diakses pada 30 November 2016.
Harahap, IPD (2014). BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/42374/4/Chapter%20II.pdf Diakses pada 30 November 2016.
Bapeda Kabupaten Gianyar, 2014. Profil Kabupaten Gianyar. Diakses tanggal 1 Desember 2016. http://bappeda.gianyarkab.go.id/index.php/baca-artikel/3/Gambaran-Umum-Kabupaten-Gianyar
Desa Pering, 2014. Profil Desa Pering dari tahun 2014-2016. Bali 

No comments:

Post a Comment