A.
PENGERTIAN KANKER SERVIKS
Kanker serviks adalah tumbuhnya
sel-sel abnormal pada jaringan serviks. Kanker serviks merupakan kanker primer
yang berasal dari serviks (kanalis servikalis dan atau porsio). Leher rahim
sendiri berfungsi sebagai pintu masuk menuju rahim dari vagina. Pada usia
berapa pun, semua wanita bisa menderita kanker serviks. Tapi penyakit ini
cenderung memengaruhi wanita yang aktif secara seksual antara usia 30-45 tahun.
Kanker serviks sangat jarang terjadi pada wanita berusia di bawah 25 tahun.
Pada tahap awal, kanker serviks biasanya tidak memiliki gejala. Gejala kanker serviks yang
paling umum adalah pendarahan pada vagina yang terjadi setelah berhubungan
seks, di luar masa menstruasi, atau
setelah menopause. Meski terjadi pendarahan, belum berarti Anda menderita
kanker serviks. Untuk memastikan penyebab kondisi Anda, segera
tanyakan kepada dokter. Jika dicurigai terdapat kanker serviks,
rujukan menemui dokter spesialis akan diberikan.
B.
EPIDEMIOLOGI KANKER SERVIKS
Kanker serviks merupakan jenis
kanker terbanyak kedua pada wanita dan menjadi penyebab lebih dari 250.000
kematian pada tahun 2005. Kurang lebih 80% kematian tersebut terjadi di negara
berkembang. Kanker serviks disebabkan oleh infeksi yang terus menerus dari
Human Papiloma Virus (HPV). Penularan penyakit kanker ini dapat melalui
hubungan seksual, ditemukan lebih tinggi pada perempuan yang mulai berhubungan
seksual sebelum usia 16 tahun (Bustan, 2007). Kanker serviks merupakan penyebab
kematian utama kanker pada wanita di negara berkembang. Setiap tahun
Universitas Sumatera Utara diperkirakan terdapat 500.000 kasus kanker serviks
baru diseluruh dunia, 77% berada dinegara berkembang (Syamsudin, 2001). Angka
prevalensi didunia mengenai kanker serviks adalah 99,7%, tanpa penatalaksanaan
yang adekuat, diperkirakan kematian akibat kanker serviks akan meningkat 25%
dalam 10 tahun mendatang (Rasyidi,2007). Di Indonesia diperkirakan sekitar
90-100 kanker baru diantara 100.000 penduduk pertahunnya, atau sekitar 180.000
kasus baru pertahunnya, dengan kanker serviks menempati urutan pertama diantara
kanker pada wanita (Mustari, 2006). Penyebab utama tingginya angka kejadian
kanker serviks di negara berkembang karena tidak adanya program skrining
(deteksi dini) yang efektif bagi wanita dengan sosial ekonomi rendah. Di
Indonesia hambatan test skrining cukup besar, terutama karena belum menjadi
program wajib pelayanan kesehatan (Emilia, 2010). Secara umum diseluruh dunia,
baik insiden dan mortalitas kanker serviks berada pada urutan kedua setelah
kanker payudara, sedangkan pada negara berkembang kanker serviks masih
menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian pada wanita (Sarjadi, 1995).
Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan, angka prevalensi kanker serviks pada
tahun 2010 adalah 40 kasus, 60% berusia antara 35-45 tahun.
C. PREVALENSI
KANKER SERVIKS
Saat ini penyakit tidak
menular, termasuk kanker menjadi masalah kesehatan utama baik di dunia maupun
di Indonesia. Tiap satu
menit muncul kasus baru dan tiap dua menit terdapat satu orang meninggal akibat
kanker serviks. Jadi bisa disimpulkan bahwa kanker serviks adalah jenis kanker
yang sering menyerang wanita. Menurut data WHO
tahun 2013, insidens kanker meningkat dari 12,7 juta kasus tahun 2008 menjadi
14,1 juta kasus tahun 2012. Sedangkan jumlah kematian meningkat dari 7,6 juta
orang tahun 2008 menjadi 8,2 juta pada tahun 2012. Kanker menjadi penyebab
kematian nomor 2 di dunia sebesar 13% setelah penyakit kardiovaskular.
Diperkirakan pada 2030 insidens kanker dapat mencapai 26 juta orang dan 17 juta
di antaranya meninggal akibat kanker, terlebih untuk negara miskin dan
berkembang kejadiannya akan lebih cepat. Di Indonesia, prevalensi penyakit
kanker juga cukup tinggi. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
tahun 2013, prevalensi tumor/kanker di Indonesia adalah 1,4 per 1000 penduduk,
atau sekitar 330.000 orang. Kanker tertinggi di Indonesia pada perempuan adalah
kanker payudara dan kanker leher rahim. Sedangkan pada laki-laki adalah kanker
paru dan kanker kolorektal. Berdasarkan estimasi Globocan, International Agency
for Research on Cancer (IARC) tahun 2012, insidens kanker payudara sebesar 40
per 100.000 perempuan, kanker leher rahim 17 per 100.000 perempuan, kanker paru
26 per 100.000 laki-laki, kanker kolorektal 16 per 100.000 laki-laki.
Berdasarkan datra Sistem Informasi Rumah Sakit 2010, kasus rawat inap kanker
payudara 12.014 kasus (28,7%), kanker leher rahim 5.349 kasus (12,8%).
D. FAKTOR
RISIKO
·
Berganti
ganti pasangan seksual :
memiliki banyak pasangan seksual akan dapat meningkatkan resiko terinfeksi HPV
·
Aktivitas
seksual terlalu dini :
melakukan hubungan seksual pada umur yang terlalu dini akan meningkatkan resiko
terinfeksi HPV
·
Merokok
: wanita yang merokok beresiko dua
kali lipat. Ini bisa kemungkinan di sebabkan oleh bahan kimia berbahaya dari
tembakau yang akan muncul di leher rahim
·
Sistem
kekebalan tubuh yang lemah : dengan kondisi ini kemungkinan di karenakan pada saat
mengkonsumsi obat tertentu seperti imunosupresan. Obat ini digunakan agar tubuh
tidak dapat menolak donor bagian organ dari orang lain atau karena menderita
HIV/AIDS
·
Melahirkan
anak : makin
banyak anak yang dilahirkan seorang wanita, maka resiko penderita kanker
serviks wanita ini akan lebih meningkat tinggi. Wanita yang punya tiga anak,
maka 3kali lebih beresiko terkena kanker serviks dari pada wanita yang tidak
punya anak sama sekali. Di perkirakan bahwa perubahan hormon saat sedang hamil
akan membuat leher rahim lebih renta terangsang HPV
E. GEJALA
KANKER SERVIKS
Gejala kanker serviks tergantung
pada tingkat pertumbuhan (stadium). Pada
tahap dini (tingkat prekanker) sering tidak menimbulkan gejala sama sekali,
kecuali akibat infeksi, seperti keputihan. Kadang ditemukan adanya pendarahan
vagina di luar masa menstruasi, keluhan sakit pendarahan setelah berhubungan
intim dan infeksi pada saluran dan kandung kemih. Pada stadium lanjut
mengakibatkan rasa sakit pada panggul, pendarahan yang mirip dengan air cucian
daging dan berbau amis, nafsu makan hilang, berat badan menurun, anemia karena
pendarahan, dan timbul fistula vesikovaginal atau fistula rektovaginal.
F. PENCEGAHAN
·
Pencegahan Primer :
Penyuluhan
dan pemberian vaksin
·
Pencegahan Sekunder:
Skrining
(Test PAP, IVA) dan Terapi Lesi Prakanker
·
Pencegahan Sekunder :
Terapi
kanker dan Perawatan Paliatif
·
Hindari merokok
Banyak pesan dan peringatan yang menyatakan bahwa rokok
dapat membahayakan dan memicu timbulnya penyakit ringan atau berbahaya akan
tetapi untuk sebagian orang perokok masih menganggap remeh pesan ini. Untuk
anda para wanita, penderita kanker serviks wanita di antaranya adalah 30% dari
wanita perokok aktif. Penyebabnya adalah kandungan zat kimia yang terdapat di
dalam rokok memicu infeksi penyebab penderita kanker serviks wanita ini. dan
banyak mengkonsumsi rokok dapat menyebabkan kanker paru paru.
·
Menghindari diet yang tidak seimbang
Diet sudah menjadi kebiasaan wanita yang bersifat sangat
penting untuk dapat menjaga bentuk tubuh dan kesehatan. Jika anda sering
melakukan diet dan menghindari asupan buah dan sayur, itu merupakan diet yang
sangat salah. Diet yang salah dapat memicu perkembangan virus yang dapat
menyebabkan penderita kanker serviks wanita. Kandungan yang terdapat dalam
sayur dan buah justru akan dapat membantu untuk melindungi anda dari serangan
kanker serviks. Perhatikan pula pada makanan dan minuman anda jangan sampai
mengandung zat kimia berbahaya seperti pengawet, pewarna, dan penyedap rasa.
·
Produk bahan kimia yang berbahaya
Kehidupan modern yang bersifat instans justru memicu
timbulnya kanker. Kankdungan berbahaya yang terdapat di dalam pembungkus dan
bahan plastik yang terkena panas memicu bagi penderita kanker serviks wanita
ini. Minimalisir penggunaan sterofom, bahan kimia yang di panaskan atau terkena
plastik.
G. PENGOBATAN
Pengobatan pada penderita kanker
serviks dapat dilakukan dengan :
·
Operasi
Pengangkatan Kanker Serviks
o
Operasi radical
trachelectomy
Prosedur ini lebih
cocok untuk kanker serviks yang terdeteksi pada stadium awal dan akan
ditawarkan kepada wanita yang masih ingin memiliki anak. Operasi ini bertujuan
mengangkat leher rahim, jaringan sekitarnya, dan bagian atas dari vagina, tanpa
mengangkat rahim.
o Operasi yang melibatkan
pengangkatan rahim
Histerektomi
adalah operasi pengangkatan rahim wanita. Histerektomi dilakukan untuk berbagai
alasan, salah satunya untuk operasi kanker serviks stadium awal. Agar kanker
tidak kembali lagi, radioterapi juga mungkin perlu dilakukan.
o
Pelvic exenteration
Pelvic exenteration adalah operasi besar yang hanya disarankan jika
kanker serviks kembali muncul setelah pernah diobati dan sempat sembuh. Operasi
ini dilakukan jika kanker kembali ke daerah panggul, tapi belum menyebar ke
wilayah lain.
·
Penanganan Kanker Serviks dengan
Radioterapi
Untuk penanganan
kanker serviks stadium awal, radioterapi bisa dilakukan sendiri atau
dikombinasikan dengan operasi. Sedangkan untuk kanker serviks stadium akhir,
radioterapi digabung dengan kemoterapi. Kombinasi ini bertujuan untuk
mengendalikan pendarahan dan rasa nyeri.
·
Mengobati Kanker Serviks dengan
Kemoterapi
Untuk mengobati
kanker serviks, kemoterapi bisa digabung dengan radioterapi. Untuk kanker
stadium akhir. Kemoterapi dilakukan untuk memperlambat penyebaran dan
mengurangi gejala yang muncul. Pengobatan ini sering disebut sebagai kemoterapi
paliatif. Kemoterapi memakai obat-obatan untuk menghancurkan sel kanker.
Berbeda dengan radioterapi atau operasi yang berdampak pada bagian tertentu
saja, kemoterapi akan berdampak pada seluruh tubuh. Obat ini mengincar sel yang
tumbuh dan berkembang biak dengan cepat, terutama sel kanker. Tapi sel sehat
yang berkembang biak dengan cepat juga bisa terpengaruh.
DAFTAR REFRENSI
http://www.alodokter.com/kanker-serviks/komplikasi/ diakses pada tanggal
15 Mei 2016
http://www.depkes.go.id/article/print/201407070001/hilangkan-mitos-tentang-kanker.html diakses pada tanggal
15 Mei 2016
Rasjidi Imam, 2009, Epidemiologi Kanker Serviks,
Tangerang, indonesianjurnalofcancer.or.id diakses pada tanggal 15 Mei 2016
No comments:
Post a Comment